Jumat, 25 Desember 2015

Makalah

ISTILAH-ISTILAH DALAM BATIK KUDUS MOTIF BULUSAN (Kajian Semantik)
Oleh : Sabbihisma Debby S. (2601413108)

A.      Pendahuluan
Batik, salah satu ikon Indonesia yang mendunia. Batik adalah kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan cara menuliskan malam pada kain tersebut. Pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan oleh UNESCO.
Batik memiliki motif yang berbeda-beda pada setiap daerah. Setiap motif pasti memiliki sejarah dan filosofinya, sebagai contoh yakni batik Kudus.
Batik Kudus sebagai produk lokal Kudus, hingga kini telah memiliki koleksi sebanyak 160 motif khas Kudus. Batik Kudus memiliki keunikan pada peranakannya yang halus dan kaya akan isiannya yang rumit. Contohnya yaitu batik Bulusan. Batik Bulusan adalah motif batik khas Kota Kudus, Jawa Tengah. Batik ini mengisahkan sejarah salah satu tradisi khas Kudus, yaitu Bulusan.
Motif Bulusan yang sangat khas ini memiliki filosofi di tiap gambar motifnya, di antaranya yaitu, gambar kura-kura, Sunan Muria, pohon gayam dan masih banyak lagi. Selain filosofi, tiap-tiap gambar motif memiliki istilah-istilah  tersendiri dalam bahasa Jawa.
Istilah-istilah tersebut memiliki makna secara leksikal dan kultural, maka dari itu makalah ini akan membahas istilah-istilah dalam batik Kudus motif Bulusan serta makan leksikal dan kulturalnya.
B.       Landasan Teori
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan.
Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu, namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bunga. Corak ini sebelumnya tidak dikenal, seperti bunga tulip. Ada pula corak benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk motif batik Bulusan beserta makna secara leksikal dan kulturalnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan gambar-gambar motif yang terdapat pada batik bermotif Bulusan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi.
a.       Wawancara
Wawancara adalah proses pemerolehan informasi atau data dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau narasumber. Proses wawancara dilakukan secara langsung maupun melalui media telekomunikasi. Sebelum wawancara dimulai, peneliti terlebih dahulu memberikan daftar pertanyaan yang akan diajukan.
b.      Observasi                                                                                                
Selain wawancara, peneliti juga menggunakan teknik observasi, yaitu teknik pemerolehan data dengan cara mengamati secara langsung. Hasil observasi berupa data-data mengenai istilah-istilah bentuk motif batik Bulusan Kudus.

Sumber data dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berasal dari narasumber utama yakni Bapak Bambang selaku pengrajin batik, sementara sumber data sekunder berasal dari buku-buku yang relevan terhadap penelitian ini.
Data-data yang akan diambil dari teknik wawancara adalah data mengenai motif-motif batik, sejarah batik motif Bulusan, serta istilah-istilah dalam motif Bulusan itu sendiri.
1. Sejarah Motif Batik Bulusan
Motif Bulusan merupakan motif yang diambil dari sejarah terciptanya tradisi Bulusan di Desa Sumber, Kudus, Jawa Tengah.
Sejarah singkat mengenai motif ini berawal dari Sunan Muria yang hendak berkunjung ke Sunan Kudus. Sunan Muria menemukan sekelompok petani yang sedang bekerja di malam hari. Sunan Muria telah memperingatkan untuk beristirahat karena bercocok tanam pantas dilakukan di pagi hari bukan malam hari.
 Sunan Muria melewati desa Sumber. Ketika sampai di desa ini, Sunan Muria mendengar suara aneh seperti suara gemericik air di malam hari. Sunan Muria memerintahkan sebagian murid yang ikut untuk mencari tahu sumber suara yang terdengar aneh dan tidak biasa di malam hari. Murid Sunan Muria menemukan sekelompok petani yang sedang bercocok tanam.
Sunan Muria memberi nasehat pada petani-petani tersebut agar tidak mengulangi perbuatannya. Beliau menasehati bahwa pekerjaan seperti bertani, berkebun dan sebagainya, sebaiknya dilakukan di pagi hari. Malam hari adalah waktu untuk beristirahat, dan tidak boleh bekerja terlalu berlebihan, karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik dan dibenci oleh Allah SWT.
Malam-malam berikutnya, Sunan Muria kembali mengadakan perjalanan yang melewati daerah Desa Sumber, dan mendengar suara aneh gemericik seperti sebelumnya. Atas perintah Sunan Muria, petani-petani yang bercocok tanam di malam hari tersebut dipanggil.
Sunan Muria telah mengingatkan, bahwa pekerjaan itu lebih tepat dilakukan di pagi hari, namun tetap dilakukan di malam hari. Tanpa sengaja, Sunan Muria berkata bahwa malam-malam berisik dengan gemericik air, seperti bulus (kura-kura), maka berubahlah petani-petani itu menjadi bulus (kura-kura).
Petani-petani tersebut menyesal setelah berubah menjadi bulus (kura-kura). Sunan Muria menganjurkan untuk hidup di rawa-rawa yang rimbun, di bawah pohon gayam  dan menjadikan akar-akar pohon tersebut sebagai rumah. (Aini dalam artikelnya berjudul Motfi Batik Bulusan http://www.muriabatikkudus.com/artikel/motif-legenda-bulusan)
Ada beberapa leksikon dalam batik motif Bulusan, yakni sebagai berikut.
1        Sunan Muria
Leksikon ini digunakan untuk menyebut salah satu Wali yang terdapat di Kudus.
2        Murid
Leksikon ini digunakan untuk menyebut anak didik atau murid pesantren milik Sunan Muria.
3        Wit Gayam
Leksikon ini digunakan untuk mewakili pohon besar dan tinggi yang memiliki akar panjang dan berbentuk rumah-rumahan.
4        Bulus
Leksikon ini digunakan untuk menyebut hewan jelmaan petani.
5        Sawah
Leksikon ini digunakan untuk menyebut ladang.
6        Bulusan
Leksikon ini digunakan untuk menyebut tradisi dan tempat tinggal bulus jelmaan tersebut.
7        Banyu Sawah
Leksikon ini digunakan untuk digunakan untuk menyebut genangan air yang terdapat di sawah, yang dapat menimbulakan suara gemericik.
8        Isen
Leksikon ini digunakan untuk mewakili gambar motif yang lain, seperti batu, rumput dan lain-lain.

1.      Sunan Muria
Secara leksikal kata ini berarti Salah seorang Wali yang berada di Kota Kudus, yaitu Sunan Muria. Secara kultural gambar motif  Sunan Muria diartikan sebagai Sunan yang semua kata-katanya adalah benar, dan akan menjadi kenyataan.
2.      Murid
Secara leksikal murid adalah seorang siswa, atau anak didik. Kata murid dalam motif bulusan ini secara kultural berarti anak didik dari Sunan Muria yang sedang melakaukan perjalanan bersama Sunan Muria.
3.      Wit Gayam
Wit gayam berasal dari kata wit yang berarti pohon dan gayam. Secara leksikal frasa ini bermakna pohon gayam, yaitu pohon yang memiliki buah seperti jengkol. Secara kultural pohon ini diartikan sebagai rumah bagi bulus (kura-kura).
4.      Bulus
Bulus secara leksikal berarti kura-kura, yaitu hewan berkaki empat yang dapat hidup di dua alam. Secara kultural bulus di sini berarti jelmaan petani yang bekerja di sawah dan menimbulkan suara gemericik seperti kura-kura.
5.      Sawah
Secara leksikal kata sawah berarti ladang yang digarap oleh petani. Sawah dalam motif ini secara kultural memiliki arti tempat di mana terjadinya penjelmaan petani yang bekerja pada malam hari menjadi seekor bulus yan disebabkan oleh perkataan Sunan Muria.
6.      Bulusan
Secara leksikal Bulusan berasal dari kata Bulus + (-an) yang berarti tempat bulus, atau tempat seekor bulus. Secara kultural kata bulusan diartikan sebagai tradisi di mana warga atau masyarakat berbondong-bondong menjenguk bulus jelmaan tersebut. Biasanya warga membawa makanan, untuk bulus. Tradisi ini dilestarikan hingga sekarang, meskipun bulus tersebut sudah tidak ada. Warga biasa memperingatinya dengan meramaikan daerah di pohon gayam dengan berjualan.
7.      Banyu Sawah
Banyu sawah berasal dari kata banyu yaitu air dan sawah yaitu ladang.  Banyu sawah secara leksikal berarti air yang ada di ladang atau sawah. Secara kultural banyu sawah diartikan sebagai air gemericik yang menimbulkan suara seperti kura-kura.
8.      Isen
Isen berasal dari kata isi + (-an) yang berarti sebuah pengisi. Secara kultural isen dalam motif ini diartikan sebagai pelengkap motif Bulusan. Contohnya, rumput dan batu.
1.    Batik motif Bulusan merupakan  Batik khas Kudus.
2.    Batik motif Bulusan merupakan batik dengan motif yang berlatar belakang sejarah tradisi Bulusan di Kudus.
3.    Istilah-istilah pada motif Bulusan ini adalah, Sunan Muria, Murid, Wit Gayam, Bulus, Bulusan, Sawah, Banyu Sawah, Isen.
4.    Masing-masing istilah dalam motif Bulusan memiliki makna secara leksikal dan kultural.
1.    Motif Bulusan dari Kudus ini seharusnya dilestarikan dan disosialisasikan kepada masyarakat.
2.    Motif Bulusan ini seharusnya dikenalkan kepada generasi muda agar terlestarikan.


F. Daftar Pustaka

www.muriabatikkudus.com/artikel/motif-legenda-bulusan di unduh pada 20 November 2015 Pukul 22.00 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Batik di unduh pada 18 November 2015 di unduh pada 23.30 WIB

Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar